Tuhan, maafkan aku



Tatapanya begitu khusuk, sujudnya begitu lama, doanya terlihat panjang. Sampai2 air matanya berkaca-kaca. Saat jemaah sholat magrib usai, ia msh setia di sudut masjid dalam renunganya.

Ustadz mansur, salah seorang imam masjid menyapa " Ada apa nak, ta seperti biasanya km berlama-lama di masjid?"

"tidak ustadz, masih betah aja di sini, sejuk udaranya.Rasanya bikin tenang" jwb pemuda itu.

"Nak, sudah hampir 10 th ini aku menjadi imam di mejid ini. Rasanya mataku masih enggan menangis. Hari ini, ustd lihat kamu nak. aku jadi iri."

"Apa sesungguhnya yg km rasakan? hingga membuat matamu harus turut dalam kesedihan yg sangat?"

"Aku ini pendosa ustadz, aku ini begitu kotornya? aku hanya takut, Tuhan ta memaafkanku"

"Sedang ustadz ini org suci, Tuhan sayang sama ustadz. dan ta ada yg perlu di tangisi dr masa lalu ustadz."

"Ustadz...?? katanya Tuhan itu pemaaf, apakah Tuhan akan memaafkan aku ustadz...? tanya pemuda itu lirih.

"Tentu nak, tentu. Allah Maha Pemaaf. Pintu maafnya amat maha luas. Dia akan menampung permintaan maafmu sepanjang dg kesungguhan" sambil memegang pundak pemuda itu.

"terima kasih ustadz, terima kasih. mohon doakan saya" pemuda itu berdiri dan mencium tangan ustadz. sambil pamitan

"sama sama nak, kita saling mendoakan ya" usatdz mansur memeluk pemuda itu.

Desah tepakan sandal mengakhiri perbicangan mereka. Sejenak, mereka sudah berpisah. Waktu begitu cepat mengepakkan sayapnya di perjalan masa. Hijau, putih, biru, merah, adalah warna dunia yg bisa di tangkap oleh mata. Pun, semoga di kedalamanya rasa. ia di warnai oleh cahaya. Cahaya yg akan menunjukkanya jalan terang. Cahaya yg akan lebih sanggup menyingkirkan kegelapan. Cahaya yg akan meneguhkan perjalanan. hingga ta lagi tergelincir ke jurang. Cahaya, yg akan membuatnya lebih TENANG.






,dahlan

0 komentar:

Posting Komentar